Sabtu, 24 Agustus 2013


Assalaamu ‘alaa manittaba alhudaa ( Semoga keselamatan diberikan kepada orang yang mengikuti petunjuk). MENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIK Allah berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71] Dalam ayat lain disebutkan. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12] Allah juga berfirman. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs” [Qaf : 16-18] Begitu juga firman Allah Ta’ala. وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58] Dala kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya” Allah Azza wa Jalla berfirman. وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” [Al-Israa : 36] Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُم ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ سَيْئًا وَأَنْ تَعتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّ قُواوَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَشْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” Diriwayatkan oleh Muslim hadits no. 1715. Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mughirah hadits no.2408 Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُهُ “Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6612 dan Muslim hadits no.2657. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz. إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir hadits no. 65 dengan lafaz seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar. Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh tulisan”. Oleh karena itu, dalam sebuah sya’ir disebutkan : Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya Tanganku kan lenyap, namun tulisan tangannku kan abadi Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda. مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ “Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan. Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam” Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”. Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya. Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”. Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang hasan shahih. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda. وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَ مَنَا خِرِهِِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ “Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?” Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu’adz. يَا نَبِّيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَا خَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ “Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan ?” Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits ini dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (II/147), “Yang dimaksud dengan buah lisannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram. Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam. Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan menunai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam Sesuatu yang jelek dari ucapan maupun perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan”. Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (hal.146), “Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya”. Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, “ Seseorang yang menganggap bahwa lisannya bisa membawa bencana sering saya dapati baik amalan-amalannya”. Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda. أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وًِصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi. بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلٌ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ “Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya” Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar (Idul Adha). Dalam khutbah tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, “Hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri Haram”. Beliau bertanya lagi, “Bulan apakah ini ?” Mereka menjawab, “Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau bersabda. فَإِنَّ دِمَا ئَكُمْ وَ أَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُم حَرَامٌ، كَحُرمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِ كُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا، فَأَعَادَهَا مِرَارًا، ثُمّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ : اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟ “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian (merampasnya) sebagaimana haramnya ; hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu berkata, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu) ?” Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, ‘Oleh karena itu, hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِشْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لآَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا “Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun” Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits. إِذَا مَاتَ الْإنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ إِحْدَى ثَلاَثٍ ... “Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst” Beliau berkata, “Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits. مَنْ سَنَّ سُنَةً حَسَنَةً أَوْ سَيِّئَةً “Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….” Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda. إِنَّاللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ “Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi

Jumat, 23 Agustus 2013

( AMALAN AGAR DI BERIKAN KECERDASAN MELEBIHI LAIN NYA )

1. رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) ROBBISY ROHLY SHODRY WA YASSIRLY AMRY WAHLUL 'UQDATAN MIN LISAANY YAFQOHUU QOULY (3X) QS. THOOHAA 25-28 2. فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ (79 FA FAHHAMANAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNAA WAT THOIIIR (1x) QS. AL-ANBIYAA 79 * Dibaca setiap mau belajar dan akan ujian 3. Kalo bisa setiap malam jumat baca surat al-Kahfi 3 kali dan bila sampai pada ayat : فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) FAWAJADAA 'ABDAN MIN 'IBAADINAA AATAINAAHU ROHMATAN MIN 'INDINAA WA 'ALLAMNAAHU MIN LADUNNAA 'ILMAN (al-Kahfi ayat 65) diam sejenak, pejamkan mata dan memohon "YA ALLAH BERIKAN AKU JUGA ILMU LADUNNI SEBAGAIMANA YANG TELAH ENGKAU BERIKAN PADA HAMBAMU-NABI KHIDHIR 'ALAIHIS SALAM"

Rabu, 21 Agustus 2013

{ MANIS NYA IMAN }


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Malik dari 'Amru bin Yahya Al Mazani dari bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah Ta'ala berfirman: "Keluarkan dari neraka siapa yang didalam hatinya ada iman sebesar biji sawi". Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu. - Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan."Berkata Wuhaib Telah menceritakan kepada kami 'Amru: "Kehidupan". Dan berkata: "Sedikit dari kebaikan..

MANDI BERSAMA DENGAN ISTRI


حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ مِنْ قَدَحٍ يُقَالُ لَهُ الْفَرَقُ Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Az Zuhri dari 'Urwah dari 'Aisyah berkata, "Aku pernah mandi bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari satu ember terbuat dari tembikar yang disebut Al Faraq."

{ ISLAM }


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Yahya bin Sa'id Al Qurasyi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami bapakku berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya

{ SEKILAS TENTANG DZULKARNAIN }

surat alkahfi ayat 83-84 وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya." إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, التسهيل لعلوم التنزيل لابن جزي (ص: 964) { وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِي القرنين }السائلون اليهود ، أو قريش بإشارة اليهود ، وذو القرنين هو الإسكندر الملك ، وهو يوناني وقيل رومي وكان رجلاً صالحاً ، وقيل كان نبياً ، وقيل كان ملكاً بفتح اللام والصحيح أنه ملك بكسر اللام واختلف لم سمي ذو القرنين فقيل : كان له ضفيرتان من شعرهما قرناه ، فسمي بذلك وقيل : لأنه بلغ المشرق والمغرب وكأنه حاز قرني الدنيا Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain yg bertanya adalah orang yahudi atau orang quraisy dengan memakai isyaroh yahudidzulqornain adalah raja iskandar dari bangsa yunani ada yg bilang dari bagsa romawi dzulqornain adalah lelaki yg sholih,ada yg bilang beliau adalah Nabi ada yg bilang beliau adalah Malakan dengan menfathah lam (malaikat)tapi yg shohih dgn mengkasroh lam (malik/raja)dan terjadi perbedaan pendapat kenapa bisa dinamakan dzulqornainada yg mengatakan beliau memakai 2 gelungan dari rambutnya seperti ke tanduk maka dinamakanlah beliau sebagai dzulqornain (mempunyai 2 tanduk)ada yg berpendapat bahwa beliau sudah menjelajah sampai kearah timur maupun barat seolah2 beliau memperoleh 2 tanduk dunia dalam surat alkahfi ayat 83-88 وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِى الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُواْ عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْراً Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya." إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِى الاٌّ رْضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَىْءٍ سَبَباً Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, فَأَتْبَعَ سَبَباً maka diapun menempuh suatu jalan. حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْماً قُلْنَا ياذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْناً Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenamdi dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolonganumat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikanterhadap mereka. قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَاباً نُّكْراً Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُ جَزَآءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْراً Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami." Dzulqornain adalh iskandar yg jadi raja dunia, ada pendapat bahwa dunia ini dimiliki 2 orang mukmin yaitu dzulqornain dan sulaiman dan dimiliki 2 orang kafir yaitu namrud dan yakhtansir yg hidupnya setelah namrud. Masalah dzulqornain terjadi perbedaan pendapat ada yg bilang beliau adalah hamba yg sholih yg diberi anugrah Alloh bisa memiki dunia dan memberinya ilmu dan hikmah/bijaksana bahkan bisa menundukkan cahaya dan kegelapan,jika beliau berjalan diwaktu malam maka cahaya menerangi jalan didepannya dan kegelapan mengepungnya dari arah belakangada yg bilang dzulqornain adalah seorang Nabi bahkan ada yg bilang beliau adalah salah 1 dari malaikat ذو القرنين : هو الإسكندر الذي ملك الدنيا . قيل : ملكها مؤمنان : ذو القرنين ، وسليمان . وكافران : نمروذ ، وبختنصر ، وكان بعد نمرود . واختلف فيه فقيل : كان عبداً صالحاً ملكه الله الأرض ، وأعطاه العلم والحكمة ، وألبسه الهيبة وسخر له النور والظلمة ، فإذا سرى يهديه النور من أمامه وتحوطه الظلمة من ورائه . وقيل : نبياً . وقيل : ملكاً من الملائكة الكشاف عن حقائق التنزيل وعيون الأقاويل في وجوه التأويل (2/ 693)

Senin, 19 Agustus 2013

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ سَعِيدٍ هُوَ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ فَأَنَاخَهُ فِي الْمَسْجِدِ ثُمَّ عَقَلَهُ ثُمَّ قَالَ لَهُمْ أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّكِئٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ فَقُلْنَا هَذَا الرَّجُلُ الْأَبْيَضُ الْمُتَّكِئُ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ يَا ابْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَجَبْتُكَ فَقَالَ الرَّجُلُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي الْمَسْأَلَةِ فَلَا تَجِدْ عَلَيَّ فِي نَفْسِكَ فَقَالَ سَلْ عَمَّا بَدَا لَكَ فَقَالَ أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ أَاللَّهُ أَرْسَلَكَ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ فَقَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ قَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نَصُومَ هَذَا الشَّهْرَ مِنْ السَّنَةِ قَالَ اللَّهُمَّ نَعَمْ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَاللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ نَعَمْ فَقَالَ الرَّجُلُ آمَنْتُ بِمَا جِئْتَ بِهِ وَأَنَا رَسُولُ مَنْ وَرَائِي مِنْ قَوْمِي وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ وَرَوَاهُ مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ المُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Sa'id Al Maqburi dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir bahwa dia mendengar Anas bin Malik berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam didalam Masjid, ada seorang yang menunggang unta datang lalu menambatkannya di dekat Masjid lalu berkata kepada mereka (para sahabat): "Siapa diantara kalian yang bernama Muhammad?" Pada saat itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersandaran di tengah para sahabat, lalu kami menjawab: "orang Ini, yang berkulit putih yang sedang bersandar". Orang itu berkata kepada Beliau; "Wahai putra Abdul Muththalib" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ya, aku sudah menjawabmu". Maka orang itu berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Aku bertanya kepadamu persoalan yang mungkin berat buatmu namun janganlah kamu merasakan sesuatu terhadapku." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tanyalah apa yang menjadi persoalanmu". Orang itu berkata: "Aku bertanya kepadamu demi Rabbmu dan Rabb orang-orang sebelummu. Apakah Allah yang mengutusmu kepada manusia seluruhnya?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu: "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami shalat lima (waktu) dalam sehari semalam?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu: "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami puasa di bulan ini dalam satu tahun?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu: "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya mengambil sedekah dari orang-orang kaya di antara kami lalu membagikannya kepada orang-orang fakir diantara kami?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu: "Aku beriman dengan apa yang engkau bawa dan aku adalah utusan kaumku, aku Dlamam bin Tsa'labah saudara dari Bani Sa'd bin Bakr." Begitulah (kisah tadi) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Musa bin Isma'il dan Ali bin Abdul Hamid dari Sulaiman bin Al Mughirah dari Tsabit dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Bismillahirahmanirrahim Begitu banyak peluang yang Allah berikan, yang Rasulullah tunjukan, untuk menjadi mulia dengan cinta. Bukan menjadi terhina dan terpuruk, karenanya. Semoga hadits-hadits cinta ini bisa mengantarkan kita untuk sedikit demi sedikit memahami cinta yang menyelamatkan. Cinta yang menerbangkan kita ke surga-Nya, Insya Allah. Cinta yang memberikan cahaya “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka ? Rasulullah SAW. Menjawab : Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita” (H.R. Abu Daud) Cinta yang menggugurkan dosa “Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannya (berjabat tangan) gugurlah dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dan pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut” (H.R. Tabrani) Cinta yang memberikan keteduhan “Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman : “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku” (H.R. Muslim) Cinta yang berbalas cinta “Allah swt berfirman, “pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku” (Hadits Qudsi) Karena cinta, dicintai-Nya “Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata, “Kau mau kemana ?” Ia menjawab, “Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini” Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu ?” Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT” Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya” (H.R. Muslim) Tiga cinta yang manis Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka” (H.R. Bukhari-Muslim)

Selasa, 13 Agustus 2013

{ HADIST PADA MASA ROSUL }

Periode ini disebut: ﻋﺼﺮ ﺍﻟﻮﺣﻲ ﻭ ﺍﻟﺘﻜﻮﻳﻦ(masa turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Terjadi di masa Rasulullah SAW.** *1. **Kebijaksanaan Rasulullah tentang Hadits* Ketika Rasulullah masih hidup, sikap dan kebijaksanaan beliau tentang hadits setidaknya ada 4 macam: a. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk menghafal, menyampaikan dan menyebarkan semua hadits. Dalil yang menunjukkan tentang perintah ini, di antaranya adalah: · Sabda beliau yang menyatakan: ﻭﺣﺪﺛﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﻭﻻ‌ ﺣﺮﺝ ﻭﻣﻦ ﻛﺬﺏ ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪﺍ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ "“""Dan ceritakanlah dari padaku. Tidak ada keberatan bagimu untuk menceritakan apa yang kamu dengar dari padaku. Barang siapa berdusta pada diriku, heendaklah dia bersedia menempati kediamannya di neraka.” "(H.R.al-Bukhari dan Muslim) · Sabda beliau yang menyatakan: ﻧﻀﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻣﺮﺃ ﺳﻤﻊ ﻣﻘﺎﻟﺜﻲ ﻓﺤﻔﻴﻈﻬﺎ ﻭ ﻭﻋﺎﻫﺎ ﻓﺄ ﺩﺍﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺳﻤﻊ ﻓﺮﺏ ﻣﺒﻠﻎ ﺃﻭﻋﻰ ﻣﻦ ﺳﺎﻣﻊ "“Mudah-mudahan Allah menyinari seseorang yang mendengar ucapanku, lalu menghafal dan memahaminya, serta disampaikan kepada orang lain sebagaimana yang ia dengar. Karena, boleh jadi orang yang mendengarnya sendiri.”"(H.R. Abu Dawud dan al-Turmudzi) · Sabda beliau lagi menyatakan: ﺑﻠﻐﺎ ﻋﻨﻲ ﻭﻟﻮ ﺍﻳﻪ "“""Sampaikanlah dari padaku, walaupun hanya satu ayat”." (H.R. al -Bukhari)"" Dari beberapa hadits Rasulullah SAW di atas, dapat dimengerti bahwasanya Rasulullah SAW. menghendaki dan memerintahkan agar semua sahabat untuk menghafal dan menyebarkan hadits-hadits Rasul serta ayat-ayat al-Qur’an. Jadi, beliau memerintahkan para sahabat agar menyebarkan ajaran agama Islam. Sabda Rasulullah SAW. tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan para sahabat saat itu dan juga kepentingan penyiar Islam. Beberapa kandungan arti dari beberapa hadits Nabi antara lain: § Di antara para Sahabat, banyak yang kuat ingatannya. § Di antara para sahabat, kadang ada yang tidak hadir pada saat Rasulullah menyampaikan ajaran-ajaran Islam, baik dalam bentuk penyampaian wahyu (ayat-ayat yang turun), maupun berbentuk hadits atau sunnah. Ketidakhadiran di antara Sahabat itu kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain: 1) Tempat tinggal yang jauh 2) Kesibukkan tugas sehari-hari 3) Malu bertanya secara langsung kepada Rasulullah tentang suatu masalah. (Misalnya, ‘Ali pernah meminta tolong kepada temannya, untuk menanyakan tentang masalah hukum air madzi kepada Rasulullah. ‘Ali rupanya malu bertanya langsung. Mungkin karena hubungan kekerabatan, sebab adalah menantu Nabi, sedang yang ditanyakan berhubungan dengan sesuatu yang sangat bersifat pribadi). 4) Bahwa tugas untuk mengembangkan ajaran Islam, adalah kewajiban bagi setiap individu muslim. b. Rasulullah melarang para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya. Dalil yang menunjukan tentang pelarangan ini adalah: ﻻ‌ ﺗﻜﺘﺒﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﺃﻻ‌ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﻋﻨﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻠﻴﻤﺤﻪ "“Janganlah kamu menulis sesuatu yang dari padaku, terkecuali al-Qur’an. Dan barang siapa telah menulis dari padaku selain al-Qur’an, hendaklah ia menghapusnya." (H.R. Ahmad) Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Rasulullah hanya menyuruh pada sahabat untuk menulis apa yang disampaikan Rasulullah dari ayat-ayat al-Qur’an saja. Sedangkan yang lainnya tidak boleh ditulis, agar tidak bercampuran dengan apa yang disampaikan Rasul dari al-Qur’an. Karena berhubungan dengan pada waktu itu sahabat-sahabat Nabi banyak yang masih “ummi” (tidak bisa baca dan tulis) dan pada waktu masih turunnya Qur’an. Selain itu Nabi juga percaya atas kekuatan hafalan para sahabatnya dan kemampuan mereka untuk memelihara semua ajarannya (hadits) tanpa catatan (tulisan) dan ini berarti Nabi secara tidak langsung mendidik mereka untuk percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasululluah bersabda: ﺍﻻ‌ﺀﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﺳﺎﺱ ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ "“Percaya atas diri sendiri adalah pangkal kebahagiaan.”" c. Rasulullah menyuruh para sahabat untuk menulis haditsnya. ﺍ ﻛﺘﺐ ﻋﻨﻲ ﻓﻮﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ﻣﺎﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﻓﻨﻲ ﺃﻻ‌ ﺍﻟﺤﻖ “"Tulislah. Maka demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dari mulutku kecuali kebenaran”."(H.R. Abu Dawud) d. Rasulullah pernah menyuruh untuk menuliskan hadistnya “"Tulislah, untuk Abu Syah”" (H.R. al-Bukhari) Menurut Abu ‘Abd al-Rahman bahwa tidak ada satu pun riwayat hadist yang lebih shahih daripada hadits yang berhubungan dengan Abu Syah ini. Karena dalam hadits tersebut, Rasulullah secara tegas telah memerintahkan penulisan hadits tersebut. Beberapa alasan Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya antara lain: § Bahwa di antara para sahabat, ada yang telah pandai menulis § Bahwa di antara para sahabat, ada yang kurang ingatan /hafalannya § Untuk memberi petunjuk yang lebih jelas dan orisinil kepada para petugas Rasul di daerah-daerah, oleh karena itu, diperlukan dengan adanya dokumen tertulis. *2. **Penyelesaian Hadits yang Tampak Bertentangan* Dengan adanya hadits yang bertentangan maka para ulama menempuh dengan cara mengompromikam atau dengan cara mempertemukan kedua macam hadits yang tampak bertentangan dan berbagai pendapat antara lain: a. Bahwa larangan itu bersifat khusus kepada sebagian sahabat, sedangkan untuk beberapa sahabat secara khusus diizinkan. · Larangan menulis hadits tidak diizinkan karena lemah ingatannya dan yang boleh adalah yang kuat ingatanya. · Larangan menulis hadits tidak diizinkan karena dikhawatirkan mencampuradukan al-Qur’an dengan yang lainnya sedangkan yang diizinkan menulis hadits adalah mereka yang dijamin tidak akan mencampuradukan dengan al-Qur’an. b. Bahwa larangan itu berlaku pada saat wahyu-wahyu masih turun, belum dihafal dan dicatat oleh para sahabat, sedangkan setelah wahyu-wahyu yang turun tersebut telah dihafal dan dicatat, maka penulisan hadits diperbolehkan. c. Bahwa larangan itu hanya pada pengodifikasikan secara formal seperti dalam bentuk mushaf al-Qur’an, sedangkan jika hanya sekedar berupa catatan-catatan untuk dipakai sendiri, tidaklah dilarang. d. Bahwa hadits yang yang melarang itu berlaku bagi orang yang menuliskan al-Qur’an dan Hadits dalam satu lembar, karena bercampur antara keduanya. e. Bahwa larangan menulis hadits, telah dimansukhkan oleh hadits yang memerintah menulis hadits. *3. **Shahifah (Catatan) Hadits pada Zaman Rasulullah* Shahifah, yang berisi catatan hadits Rasul itu, dibuat dari pelepah-pelepah korma, kulit-kulit kayu dan tulang-tulang hewan. Menurut penelitian Dr. Muhammad Musthafa al-A’zhami, jumlah para sahabat tang memiliki shahifah hadits adalah sekitar 50 orang. Sedangkan jumlah hadits yang dicatat dalam shahifah itu, menurut Munadzir Ahsan Kailani, adalah lebih dari 10.000 hadits. Di antara para sahabat yang telah menulis hadits Nabi adalah: § ‘Abd Allah Ibn ‘Amr Ibn al-Ash § Jabir bin ‘Abd Allah al-Anshari § ‘Abd Allah bin Abi Awfa § Samurah bin Jundub § ‘Ali bin Abi Thalib § ‘Abd Allah Ibn ‘Abbas § Abu Bakr al-Shiddiq *4. **Peristiwa dan Cara Penyampaian Hadits* Berbagai cara dan peristiwa pada saat rasulullah menyampaikan Hadits: a. Pada majelis-majelis Rasulullah saw. Rasulullah telah meng-istiqomah-kan kegiatan majelis-majelis yang ada hubungannya dengan kegiatan pengajaran islam. Tidak hanya untuk laki-laki melainkan untuk perempuan juga dan tidak hanya diadakan di masjid saja, tetapi juga di rumah-rumah. Sahabat menerima hadits dari Rasul dan langsung dipelajari dan dihafal setelah pengajian. b. Pada peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Rasulullah, lalu beliau menerangkannya. Terkadang ketika terjadi kasus, dan Rasul menyaksikan peristiwa itu, maka beliau langsung menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. c. Pada peristiwa yang dialami oleh kaum Muslimin, kemudian mereka menanyakan tentang hukumnya kepada Rasulullah saw. Sahabat yang mengalami peristiwa lalu menanyakan pada Nabi. Kemudian beliau memberi fatwa tentang hukumya. d. Pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh para sahabat mengenai apa yang terjadi atau dilakukan oleh Rasulullah saw. Misalnya pada masalah ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. *5. **Cara-cara Sahabat Menerima dan Menyampaikan Hadits* a. Cara-cara Sahabat menerima Hadits § Secara langsung dari Nabi § Secara tidak langsung dari Nabi 1. Sibuk mengurus keperluan hidupnya atau karena kesibukan lainnya. 2. Tempat tinggalnya berjauhan dengan Nabi. 3. Merasa malu bertanya secara langsung kepada Nabi, karena masalah yang ditanyakan kepada nabi 4. Nabi meminta tolong kepada sahabat (biasanya istri Nabi) untuk megemukakan masalah yang khusus. b. Cara-cara Sahabat Menyampaikan Hadits § Dengan lafaz asli, atau secara lafzhiyyah. Yaitu, menurut lafaz yang mereka terima dari Nabi secara langsung. § Dengan makna saja (ma’nawi). Yaitu, hadits tersebut disampaikan oleh sahabat dengan mengemukakan maknanya saja, tidak menurut lafaz-lafaz seperti yang diucapkan oleh Rasul. *6. **Sebab-sebab Para Sahabat Tidak Sederajat Pengetahuannya Tentang Hadits* a. Tempat tinggal yang jauh b. Kesibukan sehari-hari c. Intelektual dan kecakapan d. Keintiman/keakraban pergaulannya dengan Nabi e. Masa cepat atau lambat masuk Islam

Senin, 12 Agustus 2013

{ DO'A NABI ZAKARIYAH AS. AGAR DI BERI ANAK SHOLEH. }

Doa Nabi Zakaria as Untuk Memohon Keturunan Nabi Zakaria as adalah salah satu nabi. Beliau menyerukan tauhid. penyembahan Allah swt. kesucian dan kebenaran sepanjang umur dan memberikan hidayat kepada umat ke jalan yang lurus. Ketika sampai pada usia lanjut. beliau berpikir akan segera dijemput oleh kematian maka beliau tenggelam dalam kesedihan. Alasan kedukaan dan kesedihan nabi Zakaria as adalah karena beliau tidak memiliki putera dan di antara orang-orang terdekat beliau tidak terdapat seseorang yang akan melanjutkan jalannya. Oleh karena itulah beliau as sangat bersedih karena obor hidayat yang sejak dahulu menyala di dalam keluarganya dan turun menurun dari ayah-ayahnya akan padam. Usia lanjut dan kemandulan sang isteri tidak menghalanginya berputus asa dari rahmat dan kasih Ilahi. Beliau as menyatakan permohonan dan harapannya ini kepada Allah swt dalam berbagai kesempatan yang disebutkan di dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali: a) Hannah. isteri Imran ketika hamil bernadzar bila melahirkan anak akan dikhidmatkan untuk Baitul Maqdis. Ketika lahir seorang anak perempuan ia berkata: :Ya Tuhanku. sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan.. meskipun aku berharap ia adalah laki- laki-.Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak- anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk. Allah swt pun menerima nadzarnya.. Nabi Zakaria as yang adalah suami bibi Maryam dan pembesar Baitul Maqdis memegang hak pengasuhan Maryam dan membesarkannya. Beliau as membangunkan sebuah mihrab untuk nya di dalam masjid sehingga Maryam dapat beribadah di dalamnya. Nabi Zakaria as setiap kali masuk mihrab untuk mengunjungi Maryam menyaksikan di sisi Maryam terdapat makanan segar dan buah-buahan yang bukan musimnya. beliau as bertanya kepada Maryam: Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini..? Maryam menjawab: Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.. Ketika itulah ibadah spiritual dan kesempurnaan- kesempurnaan Maryam menggoncang nabi Zakaria as dan beliau berkata dalam diri: {Alangkah indahnya bila aku memiliki keturunan seperti ini.} Dan tanpa menunggu lebih lama beliau as mengangkat tangan berdoa dan berkata رب هب لى من لدنك درية طيبة انك سميع دعاء Ya Tuhanku berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. {1} Kemudian ketika beliau as sedang shalat di Mihrab. malaikat Ilahi memberikan berita gembira kepadanya bahwa Allah swt akan menganugerahkan kepadamu seorang putera bernama Yahya yang akan menjadi besar suci dan nabi. Dengan tidak percaya Nabi Zakaria as berkata:Ya Tuhanku bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul..? Dijawab: Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”. b) Disebutkan di dalam permulaan surat Maryam: Ingatlah rahmat Allah swt kepada nabi Zakaria as, tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara perlahan dan mengatakan: ﺭَﺏِّ ﺇِﻧِّﻲ ﻭَﻫَدَ ﺍﻟﻌَﻈْﻢُ ﻣِﻨِّﻲ ﻭَﺍﺷْﺘَﻌَﻞَ ﺍﻟﺮَّﺃْﺱُ ﺷَﻴْﺒﺎً ﻭَﻟَﻢْ ﺃَﻛُﻦْ ﺑِﺪُﻋﺎﺋِﻚَ ﺭَﺏِّ ﺷَﻘِﻴّﺎً *ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﺧِﻔْﺖُ ﺍﻟﻤَﻮﺍﻟِﻲَ ﻣِﻦْ ﻭَﺭﺍﺋِﻲ ﻭَﻛﺎﻧَﺖِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗِﻲ ﻋﺎﻗِﺮﺍً ﻓَﻬَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﻭَﻟِﻴّﺎً *ﻳَﺮِﺛُﻨِﻲ ﻭَﻳَﺮِﺙُ ﻣِﻦْ ﺁﻝِ ﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻪُ ﺭَﺏِّ ﺭَﺿِﻴّﺎً Ya Tuhanku sesungguhnya tulangkutelah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau. ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul. maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub, dan jadikanlah ia, ya Tuhanku. seorang yang diridai. {2} Terdengar seruan dari sisi Tuhan: Hai Zakaria. sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya. yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan namanya. Nabi Zakaria as menjawab: Ya Tuhanku bagaimana akan ada anak bagiku padahal istriku adalah seorang yang mandul? Dijawab: Demikianlah hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali. Allah swt menganugerahkan nabiYahya kepada nabi Zakaria dengan membawa kitab dan hikmah. {c} Pada surat al-Anbiya {21} dalam rangka menyebutkan kisah para nabi as dan menyinggung kehidupan dan penghambaan mereka ketika sampai pada nabi Zakaria as Allah swt berfirman: Dan (ingatlah kisah) Zakaria tatkala ia menyeru Tuhannya: ﺭَﺏِّ ﻻ ﺗَﺬَﺭْﻧﻰ ﻓَﺮْﺩﺍً ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺧﻴْﺮُ ﺍﻟﻮﺍﺭِﺛﻴﻦَ Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. {3} Maka Allah swt berfirman: Maka Kami mengabulkan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yangbaik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. Beberapa Riwayat 1-Disebutkan di dalam sejarah bahwa setiap kali Nabi saw mengutus Imam Ali as ke medan perang. beliau saw berdoa dan mengatakan: ﺭَﺏِّ ﻻ ﺗَﺬَﺭْﻧﻰ ﻓَﺮْﺩﺍً ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺧﻴْﺮُ ﺍﻟﻮﺍﺭِﺛﻴﻦَ Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri –artinya {janganlah Engkau ambil Ali dariku} dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. {4} 2- Almarhum Kulaini mengisahkan dari Harits Nashri bahwa ia berkata: Aku mengatakan kepada Imam Shadiq as: Keluargaku seluruhnya telah tiada dan aku pun tidak memiliki putera. (Maksudnya ajarkanlah kepadaku suatu doa sehingga dengan berkahnya aku memperoleh keturunan). Imam Shadiq as berkata: Ucapkanlah dalam sujudmu: ﺭَﺏِّ ﻫَﺐْ ﻟﻲ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺫُﺭِّﻳَّﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤﻴﻊُ ﺍﻟﺪُّﻋﺎﺀ YaTuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. {5} dan ﺭَﺏِّ ﻻ ﺗَﺬَﺭْﻧﻲ ﻓَﺮْﺩﺍً ﻭَ ﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻮﺍﺭِﺛﻴﻦ Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.. Haris berkata: Aku mengamalkan instruksi Imam Shadiq as dan membaca dua ayat ini dalam sujudku. Allah swt menganugerahi dua putera bernama Ali dan Husain. {6} 3- Ali bin Muhammad Shaimiri Katib berkata: Aku telah menikah dengan puteri Jakfar bin Muhammad Katib dan aku sangat mencintainya akan tetapi aku tidak memperoleh keturunan dari pernikahan ini. Aku pergi ke sisi Imam Hadi as dan menceritakan kisahnya untuk beliau as. Beliau tersenyum dan berkata: Siapkanlah sebuah cincin yang batunya dari Pirus dan tulislah di atasnya: ﺭَﺏِّﻻﺗَﺬَﺭْﻧﻲ ﻓَﺮْﺩﺍًﻭَﺃَﻧْﺖَﺧَﻴْﺮُﺍﻟْﻮﺍﺭِﺛﻴﻦ . Shaimiri berkata: Aku menuruti anjuran Imam Hadi as maka tidak berselang satu tahun aku telah dianugerahi seorang putera dari isteriku. {7} Terdapat pula riwayat-riwayat lain berkenaan dengan cara memohon dikarunia keturunan. {8} [IG/ www.quran.al-shia.org] {1} QS. Ali ‘Imran {3}: 38. {2} QS. Maryam {19}: 4 – 6. {3} QS. Al-Anbiya {21}: 89. {4} Muruj Adh-Dhahab jilid 2. hal. 422. {5} QS. Ali Imran {3}: 38. {6} Al-Kafi jilid 6. hal. 8 dan juga Majma' Al-Bayan. jilid 7. hal. 61. {7} Nur Ats-Tsaqalain. jilid 3 hal. 456. {8} Al-Kafi. jilid 6. hal. 7 – 10. Nur Ats-Tsaqalain. jilid 3. hal. 456.

Kamis, 08 Agustus 2013

{ lebaran }

Alhamdulillah, setelah sebulan lamanya kita berpuasa akhirnya mencapai hari kemenangan pada 1430 Hijriah. Mungkin kita bertanya-tanya apakah puasa dan ibadah-ibadah lainnya yang kita jalani selama sebulan penuh itu diterima oleh Allah SWT. Diakhir bulan Ramadhan kita di sunnahkan untuk melaksanakan ibadah shalat Idul Fitri. Shalat Idul Fitri dilakukan sebanyak dua rakaat dan dilakukan secara berjamah. Mungkin anda tahu bacaan niat shalat Idul Fitri, tetapi hanya sekedar mengingatkan jika anda sedikit lupa. Niat shalat Idul Fitri dalam bahasa latin : Ushalli sunnatal - li'iidil - fithrii rak'ataini mus taqbilal qiblati ma'muuman lillaahi ta'aalaa Artinya : Aku niat shalat sunnah 'Idul Fitri dua rakaat menghadap qiblat menjadi ma'mum karena Allah ta'aalaa. Pada shalat Idul Fitri di sunnahkan untuk membaca takbir. Takbir diucapkan sewaktu sedang melaksanakan shalat. Takbir dibacakan pada rakaat pertama dan rakaat kedua. Pada rakaat pertama takbir diucapkan setelah Takbiratul ihram sebanyak tujuh kali. Pada rakaat kedua takbir diucapkan setelah bangun dari sujud sebanyak lima kali. Diantara takbir satu dan takbir lain di sunnahkan membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Bacaanya dalam bahasa latin adalah sebagai berikut : Subhaanallaahi wal - hamdulillahi walaa - ilaaha illallaah wallaahu akbar Artinya : Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah; tiada Tuhan selain Allah dan Allah maha besar. Senantiasa sehabis lepas dari bulan Ramadhan dan menuju bulan Syahawal kita tetap bertaqwa dan selalu ingat Allah SWT. Minnal Aidzin Wal Fa'idzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin

[HIKMAH IDUL FITRIH ATAU IDUL ADHA ]

a. Arti ied adalah: kembali hari raya dalam tiap-tiap tahun atau Alloh kembali di hari raya pada hamba-Nya dengan kebaikan dan kebahagiaan terlebih dengan ampunan beberapa dosa. b. Maqolah ulama’: “Hari raya bukan untuk orang-orang yang berpakain baru bahwasanya hari raya itu bagi orang-orang yang yang amal taatnya bertambah. Hari raya bukan bagi orang-orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraan, bahwasanya hari raya itu untuk orang-orang yang dosa-dosanya diampuni” ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﻟَﺒِﺲَ ﺍﻟْﺠَﺪِﻳْﺪَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﻃَﺎﻋَﺘُﻪُ ﺗَﺰِﻳْﺪُ ، ﻭَ ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻌِﻴﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺠَﻤَّﻞَ ﺑِﺎﻟﻠِّﺒﺎَﺱِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺮْﻙِﺏْﻭُ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﻏُﻔِﺮَﺕْ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏُ Kesunahan ketika hari raya: a. Takbir: 1) Takbir idul fitri: sejak terbenam matahari malam hari raya sampai imam masuk dalam sholat idul fitri. 2) Takbir idul adzha: sejak waktu Subuh Hari Arofah sampai Ashar akhir Hari Tasyriq. b. Sholat hari raya: sunah menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik, wajib ‘ain menurut Imam Abu Hanifah dan wajib kifayah menurut Imam Ahmad. (Al-Bajuri juz 1 hal. 224) c. Ucapan selamat (tahniah, kesebalikan ta’ziyah) dengan hari raya dan sesamanya yang berupa awal tahun Hijriyah dan awal bulan Hijriyah menurut pendapat mu’tamad dengan tujuan menampakkan saling kasih sayang (tawaddud) dan kebahagiaan (idzhar suruur) dengan ucapan: ﺗَﻘَﺒَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻨَّﺎ ﻭَﻣِﻨْﻜُﻢْ “Semoga Alloh menerima ibadah dari aku dan kalian semua atau kalimat sesamanya sesuai dengan tradisi masing-masing. Adapun waktu tahniah adalah: 1) Tahniah idul fitri: sejak terbenam matahari sampai hari berikutnya menurut adat yang berlaku. 2) Tahniah idul adzha: sejak fajar Hari Arofahsampai hari berikutnya menurut adat yang berlaku. d. Menjawab ucapan selamat hari raya dengan kalimat: ﺗَﻘَﺒَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃَﺣْﻴَﺎﻛُﻢْ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﺄَﻣْﺜَﺎﻝِﻩِ ﻛُﻞَّ ﻋَﺎﻡٍ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ “Semoga Alloh menerima ibadah dari kalian semua semoga Alloh memberi hidup kalian semua untuk beberapa sesama hari raya setiap tahun dalam kondisi kalian semua dalam kebaikan” e. Berjabat tangan (mushofahah) bila sama jenis kelamin dan kosong dari kecurigaan: 1) Laki-laki tidak boleh menjabat tangan wanita bukan mahrom dan sebaliknya. 2) Laki-laki tidak boleh menjabat tangan pada laki-laki amrod. f. Penampilan wajah yang berseri-seri (basyasyah). g. Doa dengan ampunan dari Alloh. h. Sodaqoh dengan makanan atau minuman menurut kemampuan masing-masing orang muslim. i. Halal bi halal walaupun hukum asli taubat dan minta halal (istihlal) atas hak adami itu wajib segera dan tidak harus menunggu lebaran. 5. Empat hari raya yang dijadikan oleh Alloh untuk mukminin: a. Hari raya tiap tahun ada 2: 1) Hari raya idul fitri: setelah menyempurnakan ibadah puasa Romadlon. 2) Hari raya idul Adzha: setelah menyempurnakan ibadah haji. b. Hari raya setiap seminggu (usbu’): Hari Jum’at.. c. Hari raya di surga: pada waktu mukminin berkumpul dengan Alloh dan melihat-Nya di singgasana kesucian. Tidak ada suatu kenikmatan yang lebih nikmat bagi mukminin dari pada perkumpulan tersebut. 6. Dalil tahniah hari raya adalah dalil umum: a. Syariah sujud syukur ketika mendapatkan nikmat yang baru. b. Syariah ta’ziyah ketika terhindar dari cobaan (niqmah). c. Hadits sohih Bukhori dan Muslim dari Ka'ab bin malik dalam kisah taubatnya tatkala tidak berangkat (bolos) dari Perang Tabuk: 'Sungguh ketika Ka’ab bin Malik diberi kabar gembira dengan diterima taubatnya dan mendatangi Nabi Muhammad SAW. maka Tholhah bin Ubaidillah berdiri menuju padanya kemudian mengucapkan selamat (tahniah) pada Ka’ab bin Malik dan Nabi Muhammad SAW. mengiqrarkan hal tersebut' (Referensi Kitab Al-Bajuri juz 1 hal. 224, Bughyah, Hasyiah Jamal dan Tuhfah) ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ ) -ﺝ / 6 ﺹ 263 ) ( ﻓَﺎﺋِﺪَﺓٌ ( ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺘَﻌَﻠَّﻖُ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟْﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺘَّﻬْﻨِﺊُﺓَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻴﺪِ ﻭَﻗَﺪْ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻘَﻤُﻮﻝِﻱُّ ﻟَﻢْ ﺃَﺭَ ﻟِﺄَﺻْﺤَﺎﺏﺎَﻧِ ﻛَﻠَﺎﻣًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﻬْﻨِﺊِﺓَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻴﺪِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻋْﻮِﻡﺍَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺷْﻪِﺭُ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻔْﻌَﻠُﻪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻟَﻜِﻦْ ﻧَﻘَﻞَ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻆُ ﺍﻟْﻤُﻨْﺬِﺭُّﻱِ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻆِ ﺍﻟْﻤَﻘْﺪِﺱَّﻱِ ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺟَﺎﺏَ ﻋَﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻟَﻢْ ﻳَﺰَﺍﻟُﻮﺍ ﻣُﺨْﺘَﻠِﻒِﻳﻦَ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﺍَﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺭَﺍﻩُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻣُﺒَﺎﺡٌ ﻟَﺎ ﺳُﻨَّﺔٌ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﺍ ﻫـ ﻭَﺃَﺟَﺎﺏَ ﻋَﻨْﻪُ ﺷَﻴْﺦُ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺣَﺎﻓِﻆُ ﻋَﺼْﺮِﻩِ ﺣَﺞّ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻃِّﻠَﺎﻋِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻣَﺸْﺮُﻭﻋَﺔٌ ﻭَﺍﺣْﺘَﺞَّ ﻟَﻪُ ﺑِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﺒَﻴْﻬَﻖَّﻱِ ﻋَﻘَﺪَ ﻟِﺬَﻟِﻚَ ﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺑَﺎﺏُ ﻣَﺎ ﺭُﻭِﻱَ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﻟِﺒَﻌْﺾٍ ﻓِﻲ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻌِﻴﺪِ ﺗَﻘَﺒَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻨَّﺎ ﻭَﻣِﻨْﻚ

Rabu, 07 Agustus 2013

BOLEHKAH WANITA DALAM HAID PERGI ZIAROH KUBUR..?

بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّـحِيــــــمِ Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, '' Taqoballahu minna waminkum '', Mohon maaf lahir dan bathin. khusus KAUM HAWA,, MOHON DIPERHATIKAN BAGI YANG SEDANG HAID,.. Ziarah kubur bagi kaum laki-laki disepakati kesunnahannya. Adapun ziarah kubur bagi wanita, maka para ulama berbeda pendapat tentangnya. Pendapat pertama mengatakan bahwa ziarah kubur disyariatkan bagi wanita sebagaimana kaum laki-laki, karena keumuman perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (ini adalah pendapat mayoritas pengikut Mazhab Hanafiyyah dan lainnya). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang lakukanlah ziarah kubur.” (HR. Muslim: 1406) Pendapat kedua mengatakan bahwa ziarah kubur bagi wanita adalah makruh, karena dalil-dalil yang ada tampaknya kontradiktif (saling bertentangan –ed), sehingga untuk menggabungkannya maka dikatakan makruh (ini adalah pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad). Pendapat ketiga mengatakan bahwa ziarah kubur haram bagi wanita (ini adalah pendapat sebagaian pengikut Mazhab Malikiyyah dan lainnya). Pendapat ini didasari oleh laknat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi wanita yang berziarah kubur. Dalam sebuah hadits disebutkan: لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ زَائِرَاتِ الْقُبُوْرِ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang berziarah kubur.” (HR. al-Hakim: 1/374) Pendapat terkuat adalah pendapat pertama, yaitu wanita disyariatkan berziarah kubur sebagaimana keumuman perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Muslim di atas. Hal ini dikuatkan oleh: - Di antara tujuan ziarah kubur adalah untuk melunakkan hati, dan ini dibutuhkan oleh kaum laki-laki dan perempuan. - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengizinkan Aisyah menziarahi kuburan saudaranya, Abdurrahman bin Abi Bakar. - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari seorang wanita yang duduk di samping kubur dalam keadaan bersedih (HR. al-Bukhari dan Muslim). Adapun hadits tentang laknat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hadits tersebut berderajat lemah sehingga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah (argumentasi) untuk melarang wanita melakukan ziarah kubur. Hadits tersebut lemah karena dalam sanadnya terdapat Badzam Abu Shalih, yang menurut kebanyakan pakar hadits adalah rawi lemah. Perhatian: Akan tetapi, wanita disyariatkan berziarah kubur dengan syarat tidak boleh sering-sering melakukannya, karena terdapat hadits shahih yang menunjukkan larangan wanita terlalu sering berziarah kubur. Abu Hurairah berkata, لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ زَوَّارَاتِ الْقُبُوْرِ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” (HR. at-Tirmidzi: 1056, Ibnu Majah: 1576, dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil: 762) Kesimpulan: Hukum wanita berziarah kubur diperselisihkan oleh para ulama, dan yang lebih kuat adalah yang menyatakan bahwa ziarah kubur bagi wanita adalah disyariatkan, tetapi tidak boleh sering. Adapun wanita yang sedang haid, maka dia tidak terhalangi untuk berziarah kubur, karena dalam berziarah kubur, seseorang tidak disyariatkan berada dalam keadaan suci dari hadats kecil maupun besar. Wallahu a’lam. Hal-Hal yang Masih Dibolehkan bagi Wanita Haid dan Nifas 1 . Membaca Al Qur’an tanpa menyentuhnya. 2 . Berdzikir. 3 . Bersujud ketika mendengar ayat sajadah karena sujud tilawah tidak dipersyaratkan thoharoh menurut pendapat paling kuat. 4 . Menghadiri shalat ‘ied. 5 . Masuk masjid karena tidak ada dalil tegas yang melarangnya. 6 . Melayani suami selama tidak melakukan jima’ (hubungan intim di kemaluan). 7 . Tidur bersama suami. 8 . Masuk ke makam/ kuburan tidak ada dalil tegas melarangnya. Adapun tentang masalah lainnya, di kesempatan yang lain, bi idznillah. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Sampaikan salam santun untuk keluarga..selamat beraktivitas dengan sabar dan ikhlas menjalankannya. Jagalah diri baik baik dan selalu ingat berdzikirlah setiap detikpun didalam hati bukan dimulut lakukanlah dimanapun tempat dalam keadaan apapun Allah SWT Maha dan maha segalanya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selasa, 06 Agustus 2013

Syarat Sahnya ZAKAT dan NIAT zakat

1. Niat. Harus niat di dalam hati ketika mengeluarkan zakat, memisahkan zakat dari yang lain, atau saat memberikan zakat kepada wakil untuk disampaikan kepada yang berhak atau antara memisahkan dan memberikan. - Niat zakat untuk diri sendiri : نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِعَنْ نَفْسِي / هَذَا زَكاَةُ مَالِي اْلمَفْرُوْضَةْ " Saya niat mengeluarkan zakat untuk diriku / ini adalah zakat harta wajibku “ Jika niat zakat fitrah atas nama orang lain, hukumnya diperinci sebagai berikut : a. Jika orang lain yang dizakati termasuk orang yang wajib ditanggung nafkah dan zakat fitrahnya, seperti istri, anak-anaknya yang masih kecil, orang tuanya yang tidak mampu dan setrusnya, maka yang melakukan niat adalah orang yang mengeluarkan zakat tanpa harus minta idzin dari orang yang dizakati. Namun boleh juga makanan yang akan digunakan zakat diserahkan oleh pemilik kepada orang-orang tersebut supaya diniati sendiri-sendiri. b. Jika mengeluarkan zakat untuk orang yang tidak wajib ditanggung nafkahnya, seperti orang tua yang mampu, anak-anaknya yang sudah besar (kecuali jika dalam kondisi cacat atau yang sedang belajar ilmu agama), saudara, ponakan, paman atau orang lain yang tidak ada hubungan darah dan seterusnya, maka disyaratkan harus mendapat idzin dari orang-orang tersebut. Tanpa idzin dari mereka , maka zakat yang dikeluarkan hukumnya tidak sah. - Niat atas nama anaknya yang masih kecil : نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِعَنْ وَلَدِي الصَّغِيْرِ... “ Saya niat mengeluarkan zakat atas nama anakku yang masih kecil…” - Niat atas nama ayahnya : نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِعَنْ اَبِي ... “ Saya niat mengeluarkan zakat atas nama ayahku…” - Niat atas nama ibunya : نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِعَنء اُمِّي ... “ Saya niat mengeluarkan zakat atas nama ibuku…” - Niat atas nama anaknya yang sudah besar dan tidak mampu : نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِعَنْ وَلَدِي اْلكَبِيْرِ... “ Saya niat mengeluarkan zakat atas nama anakku yang sudah besar…” 2. Dikeluarkan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat

Minggu, 04 Agustus 2013

HUKUM DONOR DARAH

donor darah sama dengan berobat menggunakan suatu yang najis, boleh jika dalam keadaan darurat artinya tidak bisa diselamatkan nyawanya kecuali dengan donor darah atau dapat mempercepat penyembuhan dan tidak ada cara atau obat selainnya. فتاوى الشرعية للشيخ حسنين مخلوف /195 (مسألة 89) هل يجوز شرعا الإنتفاع بدم الإنسان بنقله من الصحيح الى المريض لإنقاذ حياته ؟ (الجواب) الدم وان كان محرما بنص القرآن الا ان الضرورة الملجئة الى التداوي به تبيح الإنتفاع به في العلاج ونقله من شخص لآخر، وقد ذهب جمع من الفقهاء الى جواز التداوي بالمحرم والنجس اذا لم يكن هناك ما يسدّ مسدّه من الأدوية المباحة الطاهرة، فاذا راى الطبيب المسلم الحاذق ان انقاذ حياة المريض متوقف على الإنتفاع بالدم، جاز التداوي به شرعا، والضرورة تبيح المحظورات، وما جعل عليكم في الدين من حرج، والله اعلم. Alangkah bijaknya jika kita bisa memilih darah yang akan kita masukkan ketubuh kita dari darah orang yang muslim dan taat.

[ TASAWUF ]

TASAWUF: DEWASA (Bukan Bacaan Kanak-kanak) (Bacaan Khusus bagi yang dewasa akal-jiwanya) RENUNGAN DI PENGHUJUNG RAMADHAN: MENGGAPAI HAKIKAT RAMADHAN "Kegembiraan seorang hamba yang berpuasa ada 2 (dua) macam. Yang pertama, kegembiraan sewaktu dia mendapatkan buka-an (mempunyai buka-an, berbuka; dengan rahmat dan izin Allah SWT maka terbuka Hijab-Qolbunya sehingga kembali Fithrah seperti jabang bayi di dalam rahim ibundanya). Dan yang kedua, kegembiraan sewaktu dia Menemui Allah Tuhannya." (HR Bukhari dan Muslim). 'Idul = Kembali (Mudik ke Kampung Asal-usul jatidirinya) Fithri = Al-Fathir = Sang Pencipta Maha Suci 'Idul Fithri = Kembali Pulang Menemui Gusti Kang Moho Suci = Kembali Fithrah seperti bayi di dalam rahim ibundanya (Ar-Rahim = Allah SWT) = Kondisi Status Diri sebagaimana dimaksud dalam Al-Qur'aan Surah Al-A'raaf 7: 172. "Dan ketahuilah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam (manusia) dari sulbi (tulang belakang) mereka dan Allah mengambil kesaksian (syahadat) terhadap jiwa (diri-nafs ruhani) mereka seraya Allah berfirman: "Bukankah Aku (Yang punya nama / asma "ALLAH") ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar, Engkau Tuhan kami, kami menjadi Saksi-Mu (sedang bermusyahadah / menyaksikan Tuhannya)." Kami lakukan kesaksian yang demikian itu agar di hari dibangkitkan diri-nafs ruhanimu ke dalam bumi-jasadmu (terlahir ke muka bumi) nanti kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (manusia) adalah orang-orang yang tidak ingat lagi (lupa, alpa, lalai, lengah) terhadap kesaksian (syahadat) ini", (QS Al-A'raaf 7: 172). * * * * * * * * * "Wahai MANUSIA, sesungguhnya kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menuju kepada Tuhanmu (selagi masih hidup di dunia), (kalau engkau sungguh-sungguh mengusahakannya) maka PASTI kamu akan menemui Allah (liqa' Allah, wushul ila Allah)." (QS Al-Insyiqaaq 84: 6). “Barangsiapa yang menghendaki untuk menemui Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang (tiba, sampai kepada-Nya, wushul ila Allah). Dan Dialah Yang Maha mendengar (do’a pengharapanmu) lagi Maha Mengetahui (kesungguhan niat dan tekad-usahamu itu).” (QS Al-Ankabuut 29: 5). "Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah (mengaku telah mengenal-Nya) dan mendustakan kebenaran (petunjuk Allah perihal Perjumpaan dengan-Nya) ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir (qolbunya terhijab kerak-dosa sehingga tidak menerima pancaran Nur-Iman dari Al-Mu'min)? Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS Az-Zumar 39: 32-33). “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mempunyai kemauan untuk menemui Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan dunia itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat (peringatan) Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang belum pernah mereka kerjakan (yaitu mengambil jalan menuju Allah sehingga sampai kepada-Nya).” (QS Yunus 10: 7-8). “Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan (mengingkari dan menolak) perjumpaan mereka dengan Tuhannya; sehingga apabila kematian datang kepada mereka dengan tiba-tiba (tanpa pemberitahuan sebelumnya), maka mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang datangnya kematian itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya (terlambat, ‘nasi sudah menjadi bubur’). Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu. Dan sebenarnya kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh Kampung Al-Akhir (Kerajaan Allah... darimana diri-nafs ruhani ini semula datang / berasal) itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya (renungkanlah ke dalam diri)?” (QS Al-An'aam 6: 31-32). “Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar (kufur) untuk menemui Tuhannya.” (QS Ar-Ruum 30: . “Dan barangsiapa yang buta matahatinya (tidak mengenal Tuhannya) di dunia ini, maka pasti di akhirat nanti (sewaktu ajal kematian menjemput dan waktu-waktu sesudah kematiannya) ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan pulang kembali kepada Tuhannya (tersesat jalan, kesasar, gentayangan, kesesatan secara holistik).” (QS Al-Israa' 17: 72). “maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi (berusaha sungguh-sungguh mencari jalan menuju Tuhannya), lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata (yang di kepala jasad) itu yang buta, tetapi yang buta, ialah matahati yang di dalam dada.” (QS Al-Hajj 22: 46). * * * * * * * * * "Sesungguhnya ayat-ayat ini adalah suatu peringatan, dan barangsiapa menghendaki (kebaikan hakiki bagi diri-nafs ruhaninya) maka PASTI dia mengambil jalan untuk menuju kepada Tuhannya." (QS Al-Insaan 76: 29). * * * * * * * * * "Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka dia tidak akan mendapatkan satu orang waliy-mursyid pun yang akan menjadi guru-pembimbingnya di jalan menuju Allah." (QS Al-Kahfi 18: 17). "Kemudian k e d u a n y a (diri-nafs ruhanimu dengan berkendaraan onta-jasadmu, keduanya telah seia-sekata untuk mengambil jalan menuju Tuhannya) b e r t e m u dengan (alamat yang dicarinya, yaitu) seorang hamba (calon Mursyidnya) di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami (sehingga berkemampuan dari sisi Allah untuk membawakan misi "rahmatan lil 'alamiin" yang diawali dengan membawa diri-nafs ruhani insan-Tuhan yang faqir ila Allah dan dikehendaki-Nya untuk kembali pulang ke Rahmatullah / Menemui Allah sehingga membuktikan teladan Rasulullah SAW: "Awwaluddiini ma'rifatullah ... Awal-memulai beragama Mengenal Allah"), dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (ladunna 'ilmaa, ilmu ladunni)." (QS Al-Kahfi 18: 65). * * * * * * * * * Semoga kita semua mendapatkan Rahmat Allah, Ampunan-Nya dan terbebas dari api-neraka (itqun minan-nar) dengan ridho Allah SWT dan kehendak-Nya semata... Aamiiin.... ya Robbal 'alamiiin.......... SELAMAT HARI RAYA 'IDUL FITHRI MOHON MA'AF LAHIR DAN BATHIN * * * * * * * * * Sebuah Alternatif Jalan-Mahdzub:

Sabtu, 03 Agustus 2013

{ SEJARAH TEMPAT MIQOT JU'RANAH }

Ada sejarah seru berada di balik kokohnya tembok Masjid Ja'ronah di Makkah. Sebuah sumur yang awalnya beracun, berubah menjadi netral, bahkan bisa untuk pengobatan lewat mukjizat Rasulullah. Subhanallah! Selain Masjid Bir Ali, masih ada masjid lain yang dijadikan lokasi mengambil Miqat para jamaah umrah, yaitu Masjid Ja'ronah. Masjid ini berada sekitar 22 km dari Kota Makkah. Dulunya, sebelum menjadi masjid, tempat ini hanya sebuah perkampungan yang bernama Wadi Saraf yang sepi. Tidak ada apa pun selain sebuah sumur. Tempat ini beberapa kali dijadikan lokasi miqat oleh Rasul. Untuk menandai, maka dibuatlah sebuah masjid. Tidak seperti masjid lain di Makkah yang namanya diambil karena suatu kejadian. Nama Masjid Ja'ronah justru diambil dari nama seorang wanita penjaga masjid yang setia, yaitu Ja'ronah. Masjid Ja'ronah hampir setiap hari ramai, dikunjungi para umat Muslim yang akan mengambil miqat untuk umrah atau haji. Ya, masjid ini memang salah satu tempat yang ditunjuk Rasul sebagai lokasi batas, dimana seorang muslim harus mengenakan ihram dan mulai berniat sebelum umrah atau haji. Biasanya, masjid ini ramai dikunjungi para jamaah yang telah berada di Makkah, atau penduduk Makkah sendiri. Jadi, mereka tidak perlu jauh-jauh ke Madinah untuk mengambil miqat. Namun, selain menjadi lokasi miqat, Masjid Ja'ronah ternyata memiliki sejarah bagus untuk diketahui para umat Muslim. Sejarah ini bercerita tentang sebuah sumur yang berada di belakang masjid. "Di belakang masjid ini ada sebuah sumur yang bisa untuk menyembuhkan penyakit," kata pemandu wisata Umrah, Fawaid kepada detikTravel beberapa waktu silam. Menurut sejarah, Ja'ronah memang beberapa kali dikunjungi Rasulullah bersama umat Muslim setelah perjalanan panjang. Suatu ketika Ja'ronah dikunjungi Rasul bersama pejuang Islam lain setelah Perang Hunain. Karena persediaan air habis dan di sana tidak terdapat sumur, Rasul memukul tongkatnya lalu keluarlah air. Di cerita selanjutnya, Rasul kembali akan berkunjung ke tempat ini. Kaum musyrikin tahu dan segera menebar racun dalam sumur air minum yang ada di dalam Ja'ronah. Atas petunjuk Allah, Rasul pun tahu niat jahat kaum musyrikin tersebut. Kemudian, dengan mukjizat, Rasul pun meludahi sumur tersebut. Seketika air sumur yang tadinya beracun menjadi tawar. Bahkan, sumur ini bisa untuk menyembuhkan penyakit kulit. Sayangnya, sumur ini telah ditutup oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencegah syirik, atau perbuatan menyekutukan Allah. "Dulu, sumur di sini masih dibuka, banyak jamaah haji yang datang untuk mandi pakai air sumur ini. Katanya sih bisa untuk sembuhin penyakit kulit. Tapi sekarang sudah ditutup karena takut mencegah syirik,"

NGAJI SURAT ALFATIHAH AYAT 2

============================= menghargai adalah, memberikan penghargaan atas karya atau aktifitas orng lain. ... penghargaan apa yg biasa di berikan oleh manusia kepada yg di hargai karyanya? memberikan penilaian memberikan jempol. mengucapkan kata suka. memberikan pujian. memberikan pujian, sebarnya yg di berikan pujian itu yg membuat karya apa hasil karyanya yg di puji. misal ada seorang anak usia 5 tahun, sudah bisa belanja dapur dg 4 macam belanja tanpa teks tulis. mampu menyapu halaman walau kotor. mampu membersihkan dan melipat temapt tidurnya sendiri. sebagai orng dewasa wajib dan haru menghargai kerja mereka dg pujian. walau pujian tidak langsung berdampak membangun moral dan prilaku anak kecil. tp minimal. mengetahui apa yg di kerjakan adalah ada yg memperhatikan, dan tau bahwa ada yg suka dg apa yg di lakukan. bukan malah di salahkan di remehkan, atau di ejek. ========= tuhan kita.. memiliki pekerjaan, dan karya yg besar oleh dan buat manusia. menciptakan alam semesta untuk manusia. menciptakan sikap dan prilaku serta karakter untuk manusia. bagaimana cara manusia menghargai karya tuhan? tentu saja dg memujinya bukan? sudahkah kita memujunya? bagiaman pujian anda kepada tuhan anda hari ini untuk tuhan anda? bagaimana klo tuhan telah menciptakan prilaku dan sikap anda sebagai jiwa jiwa yg suka mengawasi ciptaan tuhan dan pengagum ciptaan tuhan, dan pemuji ciptaan tuhan. pemuji ciptaan tuhan ataukah pemuji tuhan? pemuja ciptaan tuhan ataukah pemuja tuhan? satu lagi sekedar info buat para pemuja tuhannya. bahwa tuhan sangat marah kepada orng yg menghina ciptaan tuhannya. termasuk ciptaan tuhan yg bernama manusia di hina dg sebutan anjing. atau desain tuhan yg sempurna bernama manusia. yg di beri otak dan di beri pikiran. di hina oleh amnusia dg dg kata BOTOL, BODOH DAN TOLOL. rumus matematika berkata: menghina apa yg di ciptakan maka nilainya sama dg menghina yg mnciptakan. jika memuji tuhan adalah pekerjaan ringan di mulut. jika beterima kasih kepada tuhan juga ringan di mulut. jika tuhan menciptakan mulut kita ringan. kita memilih yg mana? ======== tafsir bebas ayat 2 surat alfatihah "alhamdu lilahi robbil alamin" By Timun Mas