Selasa, 13 Agustus 2013

{ HADIST PADA MASA ROSUL }

Periode ini disebut: ﻋﺼﺮ ﺍﻟﻮﺣﻲ ﻭ ﺍﻟﺘﻜﻮﻳﻦ(masa turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Terjadi di masa Rasulullah SAW.** *1. **Kebijaksanaan Rasulullah tentang Hadits* Ketika Rasulullah masih hidup, sikap dan kebijaksanaan beliau tentang hadits setidaknya ada 4 macam: a. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk menghafal, menyampaikan dan menyebarkan semua hadits. Dalil yang menunjukkan tentang perintah ini, di antaranya adalah: · Sabda beliau yang menyatakan: ﻭﺣﺪﺛﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﻭﻻ‌ ﺣﺮﺝ ﻭﻣﻦ ﻛﺬﺏ ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪﺍ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ "“""Dan ceritakanlah dari padaku. Tidak ada keberatan bagimu untuk menceritakan apa yang kamu dengar dari padaku. Barang siapa berdusta pada diriku, heendaklah dia bersedia menempati kediamannya di neraka.” "(H.R.al-Bukhari dan Muslim) · Sabda beliau yang menyatakan: ﻧﻀﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻣﺮﺃ ﺳﻤﻊ ﻣﻘﺎﻟﺜﻲ ﻓﺤﻔﻴﻈﻬﺎ ﻭ ﻭﻋﺎﻫﺎ ﻓﺄ ﺩﺍﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺳﻤﻊ ﻓﺮﺏ ﻣﺒﻠﻎ ﺃﻭﻋﻰ ﻣﻦ ﺳﺎﻣﻊ "“Mudah-mudahan Allah menyinari seseorang yang mendengar ucapanku, lalu menghafal dan memahaminya, serta disampaikan kepada orang lain sebagaimana yang ia dengar. Karena, boleh jadi orang yang mendengarnya sendiri.”"(H.R. Abu Dawud dan al-Turmudzi) · Sabda beliau lagi menyatakan: ﺑﻠﻐﺎ ﻋﻨﻲ ﻭﻟﻮ ﺍﻳﻪ "“""Sampaikanlah dari padaku, walaupun hanya satu ayat”." (H.R. al -Bukhari)"" Dari beberapa hadits Rasulullah SAW di atas, dapat dimengerti bahwasanya Rasulullah SAW. menghendaki dan memerintahkan agar semua sahabat untuk menghafal dan menyebarkan hadits-hadits Rasul serta ayat-ayat al-Qur’an. Jadi, beliau memerintahkan para sahabat agar menyebarkan ajaran agama Islam. Sabda Rasulullah SAW. tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan para sahabat saat itu dan juga kepentingan penyiar Islam. Beberapa kandungan arti dari beberapa hadits Nabi antara lain: § Di antara para Sahabat, banyak yang kuat ingatannya. § Di antara para sahabat, kadang ada yang tidak hadir pada saat Rasulullah menyampaikan ajaran-ajaran Islam, baik dalam bentuk penyampaian wahyu (ayat-ayat yang turun), maupun berbentuk hadits atau sunnah. Ketidakhadiran di antara Sahabat itu kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain: 1) Tempat tinggal yang jauh 2) Kesibukkan tugas sehari-hari 3) Malu bertanya secara langsung kepada Rasulullah tentang suatu masalah. (Misalnya, ‘Ali pernah meminta tolong kepada temannya, untuk menanyakan tentang masalah hukum air madzi kepada Rasulullah. ‘Ali rupanya malu bertanya langsung. Mungkin karena hubungan kekerabatan, sebab adalah menantu Nabi, sedang yang ditanyakan berhubungan dengan sesuatu yang sangat bersifat pribadi). 4) Bahwa tugas untuk mengembangkan ajaran Islam, adalah kewajiban bagi setiap individu muslim. b. Rasulullah melarang para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya. Dalil yang menunjukan tentang pelarangan ini adalah: ﻻ‌ ﺗﻜﺘﺒﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﺃﻻ‌ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﻋﻨﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻠﻴﻤﺤﻪ "“Janganlah kamu menulis sesuatu yang dari padaku, terkecuali al-Qur’an. Dan barang siapa telah menulis dari padaku selain al-Qur’an, hendaklah ia menghapusnya." (H.R. Ahmad) Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Rasulullah hanya menyuruh pada sahabat untuk menulis apa yang disampaikan Rasulullah dari ayat-ayat al-Qur’an saja. Sedangkan yang lainnya tidak boleh ditulis, agar tidak bercampuran dengan apa yang disampaikan Rasul dari al-Qur’an. Karena berhubungan dengan pada waktu itu sahabat-sahabat Nabi banyak yang masih “ummi” (tidak bisa baca dan tulis) dan pada waktu masih turunnya Qur’an. Selain itu Nabi juga percaya atas kekuatan hafalan para sahabatnya dan kemampuan mereka untuk memelihara semua ajarannya (hadits) tanpa catatan (tulisan) dan ini berarti Nabi secara tidak langsung mendidik mereka untuk percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasululluah bersabda: ﺍﻻ‌ﺀﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﺳﺎﺱ ﺍﻟﻨﺠﺎﺡ "“Percaya atas diri sendiri adalah pangkal kebahagiaan.”" c. Rasulullah menyuruh para sahabat untuk menulis haditsnya. ﺍ ﻛﺘﺐ ﻋﻨﻲ ﻓﻮﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ﻣﺎﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﻓﻨﻲ ﺃﻻ‌ ﺍﻟﺤﻖ “"Tulislah. Maka demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dari mulutku kecuali kebenaran”."(H.R. Abu Dawud) d. Rasulullah pernah menyuruh untuk menuliskan hadistnya “"Tulislah, untuk Abu Syah”" (H.R. al-Bukhari) Menurut Abu ‘Abd al-Rahman bahwa tidak ada satu pun riwayat hadist yang lebih shahih daripada hadits yang berhubungan dengan Abu Syah ini. Karena dalam hadits tersebut, Rasulullah secara tegas telah memerintahkan penulisan hadits tersebut. Beberapa alasan Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya antara lain: § Bahwa di antara para sahabat, ada yang telah pandai menulis § Bahwa di antara para sahabat, ada yang kurang ingatan /hafalannya § Untuk memberi petunjuk yang lebih jelas dan orisinil kepada para petugas Rasul di daerah-daerah, oleh karena itu, diperlukan dengan adanya dokumen tertulis. *2. **Penyelesaian Hadits yang Tampak Bertentangan* Dengan adanya hadits yang bertentangan maka para ulama menempuh dengan cara mengompromikam atau dengan cara mempertemukan kedua macam hadits yang tampak bertentangan dan berbagai pendapat antara lain: a. Bahwa larangan itu bersifat khusus kepada sebagian sahabat, sedangkan untuk beberapa sahabat secara khusus diizinkan. · Larangan menulis hadits tidak diizinkan karena lemah ingatannya dan yang boleh adalah yang kuat ingatanya. · Larangan menulis hadits tidak diizinkan karena dikhawatirkan mencampuradukan al-Qur’an dengan yang lainnya sedangkan yang diizinkan menulis hadits adalah mereka yang dijamin tidak akan mencampuradukan dengan al-Qur’an. b. Bahwa larangan itu berlaku pada saat wahyu-wahyu masih turun, belum dihafal dan dicatat oleh para sahabat, sedangkan setelah wahyu-wahyu yang turun tersebut telah dihafal dan dicatat, maka penulisan hadits diperbolehkan. c. Bahwa larangan itu hanya pada pengodifikasikan secara formal seperti dalam bentuk mushaf al-Qur’an, sedangkan jika hanya sekedar berupa catatan-catatan untuk dipakai sendiri, tidaklah dilarang. d. Bahwa hadits yang yang melarang itu berlaku bagi orang yang menuliskan al-Qur’an dan Hadits dalam satu lembar, karena bercampur antara keduanya. e. Bahwa larangan menulis hadits, telah dimansukhkan oleh hadits yang memerintah menulis hadits. *3. **Shahifah (Catatan) Hadits pada Zaman Rasulullah* Shahifah, yang berisi catatan hadits Rasul itu, dibuat dari pelepah-pelepah korma, kulit-kulit kayu dan tulang-tulang hewan. Menurut penelitian Dr. Muhammad Musthafa al-A’zhami, jumlah para sahabat tang memiliki shahifah hadits adalah sekitar 50 orang. Sedangkan jumlah hadits yang dicatat dalam shahifah itu, menurut Munadzir Ahsan Kailani, adalah lebih dari 10.000 hadits. Di antara para sahabat yang telah menulis hadits Nabi adalah: § ‘Abd Allah Ibn ‘Amr Ibn al-Ash § Jabir bin ‘Abd Allah al-Anshari § ‘Abd Allah bin Abi Awfa § Samurah bin Jundub § ‘Ali bin Abi Thalib § ‘Abd Allah Ibn ‘Abbas § Abu Bakr al-Shiddiq *4. **Peristiwa dan Cara Penyampaian Hadits* Berbagai cara dan peristiwa pada saat rasulullah menyampaikan Hadits: a. Pada majelis-majelis Rasulullah saw. Rasulullah telah meng-istiqomah-kan kegiatan majelis-majelis yang ada hubungannya dengan kegiatan pengajaran islam. Tidak hanya untuk laki-laki melainkan untuk perempuan juga dan tidak hanya diadakan di masjid saja, tetapi juga di rumah-rumah. Sahabat menerima hadits dari Rasul dan langsung dipelajari dan dihafal setelah pengajian. b. Pada peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Rasulullah, lalu beliau menerangkannya. Terkadang ketika terjadi kasus, dan Rasul menyaksikan peristiwa itu, maka beliau langsung menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. c. Pada peristiwa yang dialami oleh kaum Muslimin, kemudian mereka menanyakan tentang hukumnya kepada Rasulullah saw. Sahabat yang mengalami peristiwa lalu menanyakan pada Nabi. Kemudian beliau memberi fatwa tentang hukumya. d. Pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh para sahabat mengenai apa yang terjadi atau dilakukan oleh Rasulullah saw. Misalnya pada masalah ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. *5. **Cara-cara Sahabat Menerima dan Menyampaikan Hadits* a. Cara-cara Sahabat menerima Hadits § Secara langsung dari Nabi § Secara tidak langsung dari Nabi 1. Sibuk mengurus keperluan hidupnya atau karena kesibukan lainnya. 2. Tempat tinggalnya berjauhan dengan Nabi. 3. Merasa malu bertanya secara langsung kepada Nabi, karena masalah yang ditanyakan kepada nabi 4. Nabi meminta tolong kepada sahabat (biasanya istri Nabi) untuk megemukakan masalah yang khusus. b. Cara-cara Sahabat Menyampaikan Hadits § Dengan lafaz asli, atau secara lafzhiyyah. Yaitu, menurut lafaz yang mereka terima dari Nabi secara langsung. § Dengan makna saja (ma’nawi). Yaitu, hadits tersebut disampaikan oleh sahabat dengan mengemukakan maknanya saja, tidak menurut lafaz-lafaz seperti yang diucapkan oleh Rasul. *6. **Sebab-sebab Para Sahabat Tidak Sederajat Pengetahuannya Tentang Hadits* a. Tempat tinggal yang jauh b. Kesibukan sehari-hari c. Intelektual dan kecakapan d. Keintiman/keakraban pergaulannya dengan Nabi e. Masa cepat atau lambat masuk Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar